Tuesday, December 14, 2021

Ketika menjadi dewasa -2

 Rabu, 15 Desember 2021, 13:50 wita


Hai aku,

Bentar lagi tahun 2021 berakhir dan bulan depan itu bulan lahir kamu,

Selamat yaa bulan depan umurmu dah 23th,

Udah makin dewasa ya? Makin dewasa tapi kok hidup rasanya gini2 aja,

Malah kadang berasa kayak nggak berkembang, kayak stuck di tempat,

Kadang sedih, kecewa dan suka nyalahin diri sendiri,

Tapi sadar bahwa semua butuh proses, berusaha lagi nenangin diri sendiri dan bilang "its ok, nggak apa, nggak semua harus terjadi sekarang, kamu nggak harus jadi yg paling hebat atau jadi yg paling diatas semuanya, cukup selalu bersyukur, intinya kamu udah usaha, jangan nyalahin diri sendiri terus, ingat berterima kasih sama diri sendiri, kamu kuat, kamu hebat"


Jangan nyalahin diri sendiri terus, jangan jahat lagi sama diri sendiri, emang di tahun ini banyak banget yg nggak sesuai ekspektasi, kita dibuat hancur lebur, tapi kamu harus semangat, capek wajar kok, istirahat sebentar, jalannya pelan2 aja, jangan maksain semua nya, semua akan terjadi di waktu yang tepat, dan waktu yg tepat itu, cuma tuhan yang tahu, jadi tetep semangat dan peluk diri sendiri,


Aku sayang aku,

Kalau nanti kamu baca surat ini lagi, dan ternyata kamu udah berada di waktu yang tepat dengan anugerah dari tuhan,

"selamat, apa aku bilang, kamu pasti bisa, jadi jangan jahat lagi sama diri sendiri"


Salam,

Aku

Tuesday, July 6, 2021

Ketika Menjadi Dewasa

Untuk aku yang saat ini berusia 22 tahun, 

Ini surat dari aku untuk aku, 

Hai, capek ya? Hemm semua memang terasa melelahkan, terlalu banyak kejadian demi kejadian yang menguras tenaga, hati dan fikiran.  Wajar kalau kamu capek, nggak apa kok kalau mau istirahat bentar, take a breath and  me time dulu nggak apa kok. 

Kalau emang mau nangis, ya nangis aja. Nggak akan ada yang bilang kamu cengeng atau lemah kok. You're just human, right? 

Aku tau sekarang kamu jg lagi bingung. Skripsi yg tidak kunjung di acc dosen, padahal kamu udah yakin bisa lulus tepat waktu. Ini juga yg bikin kamu kena mental breakdance pas ngomong sama orang tua. Berusaha ikhlas tapi kok rasanya blum sanggup, karna kamu tau kamu udah berusaha tapi dosen yg ngeghosting dan selalu php. 

Belum lagi kamu apply job sana sini tapi nggak diterima. Buka privat les tapi nggak ada yg daftar. Rasanya semua sia2, duniamu rasanya runtuh seketika, benteng pertahanan yang kamu bangun dengan kuat selama ini tiba2 ambruk seketika. Cumak bisa menghela nafas dan bilang "yaudah, gimana lagi"

Sabar yaaa, mungkin saat ini kamu lagi di uji sma tuhan, supaya lebih sabar, lebih ikhlas, belajar berdamai sama keadaan dan proses kehidupan. 

Aku tau kamu ngerasa ini semua nggak adil buat kamu. Apalagi sekarang pandemi. Pasti kamu mikir "kenapa ini terjadi sama aku, kenapa harus terjadi ketika waktu aku wisuda, kenapa terjadi ketika aku lagi butuh kerjaan"

Aku tau kamu gelisah, cemas, dan mulai ragu sama masa depan kamu... bahkan mungkin kamu pernah terfikir "kenapa aku tuhan? "

Yuk dikuatin lagi imannya. Diikhlaskan lagi hatinya. Dilapangkan lagi sabarnya. Percaya semua akan indah pada waktunya. Tuhan memilih kamu bukan tanpa alasan. Apa yang terjadi juga ada alasannya. Cumak mungkin sekarang blum waktunya kamu untuk tau. Jalani dan nikmati prosesnya. Jangan sampai karna kamu terlalu mikirin masa depan. Kamu sampai lupa nikmatin hari ini. 

Dan untuk aku setahun, 2 tahun atau 3 tahu dari sekarang. Semoga kamu bisa baca surat ini. Ketika kamu mengalami masa sulit silahkan baca lagi surat ini. Supaya kamu ingat bahwa dulu kamu pernah benar2 ada di titik terendah itu dan kamu nyaris kehilangan harapan, but look at you now. You can pass it. You can handle it by yourself. Jadi jangan kehilangan keyakinam sama diri kamu sendiri. Okee? πŸ‘Œ

Dan untuk aku setahun, 2 tahun atau 3 tahun dari sekarang. SELAMAT. You did it. You deserved to be love. You deserved to be happy. Selamat atas pencapaiannya. Jangan lupa diri. Jangan sombong, tetap rendah hati, tetap jadi orang baik dan sayang sama orang di sekitar kamu. Tetaplah merendah untuk meroket. 

Ini suratku, dari aku untuk aku.. 

Cuaca yang mendung dan suhu yang dingin..

Aku di kamarku sendirian, 

Gianyar, Bitera..

Selasa, 6 juli 2021. πŸ’ž

Thursday, May 6, 2021

Puisi tentang patah hati - 1

 7 Mei 2021

Kamu datang ketika aku kehilangan asa, 

Kamu mengajarkanku arti sebuah kata yaitu cinta, 

Kamu mengajarkanku, 

Bahwa cinta bukan perkara kasta, harta, tahta apalagi rupa, 

Cinta adalah tentang memberi dan menerima

Cinta adalah keikhlasan dan rasa percaya

Percaya bahwa takdir tuhan itu nyata dan akan indah pada waktunya, 


Kamu datang ketika semesta membuatku ragu, 

Ragu akan rindu yang tak pernah berujung temu, 

Ragu jika semua janji yang terucap hanya berujung semu, 

Ragu jika ternyata aku hanya terperangkap dalam halusinasiku, 


Hingga kamu berhasil membuatku berhenti meragu, 

Kamu berkata bahwa dalam cinta tak seharusnya ada kata "ragu"

Kamu memintaku untuk berhenti meragu, cukup nikmati waktu dan memastikan jika pandanganku hanya tertuju padamu, 

Namun aku terlalu menikmati waktu, 

Terlena hanya dengan kalimat sederhana darimu, 

Hingga lupa jika takdir bisa selucu itu, 

Aku dipertemukannya denganmu, 

Seseorang yang ku kira rumah, namun ternyata datang hanya untuk singgah, 

Entahlah, 

Aku tak benar - benar mengerti, 

Apakah kamu yang menyakitiku, 

Atau aku yang terlalu berharap banyak padamu, 

Aku rapuh, namun semesta memaksaku berdiri tegak, 

Semesta memaksaku tetap bertahan, bahkan ketika aku sudah sampai pada titik darah penghabisan, 

Semuanya terlihat buram, 

Rasanya tak ada harapan bagiku, 

Aku bahkan lupa, kapan terakhir kali aku berharap

Yang aku tahu hanya ketika aku jatuh, aku harus berdiri kembali, menyusun serpihan hati ini sendiri,  mengobati luka ini sendiri atau bahkan cukup aku sembunyikan sendiri untuk ku buka kembali ketika malam nanti, 

Tuhan,,,,, 

Jika aku berhak jatuh cinta lagi, 

Jika aku diizinkan untuk berharap lagi, 

Izinkan aku jatuh cinta kepada orang yang berhak aku miliki, 

Izinkan aku berhenti dari kisah rumit seperti ini, 

Aku tidak meminta banyak, 

Cukup satu yang bisa ku jadikan rumah, karna aku ingin tahu bagaimana rasanya pulang, 

Cukup satu yang memang untukku, 

Sebab patah hati ini, 

Bukan episode menyenangkan untuk terus ku ulang kembali, 

Dalam cinta, 

Aku juga ingin menang,,,,,, 


----------------------

Tuesday, August 27, 2019

Kataku - 3

Teruntuk kamu,
Calon masa depanku,

Aku mencintaimu karena aku memilih takdirku bersamamu, tak perduli apa yang orang katakan tentangmu dan kita.

Tidak perduli seberapa keras dunia menguji kekuatan cinta kita, bersamamu adalah sebuah kebahagiaan yg tidak bisa aku tukar dengan segala kesenangan dunia. 

Aku tahu, perjalanan di depan tidak mudah, butuh banyak kesabaran, keikhlasan dan ketegaran hati untuk menghadapinya.

Aku sadar, aku hanya manusia biasa, aku tidak bisa berjanji untuk selalu menjadi baik, tapi aku berjanji untuk selalu bersamamu dalam sedih dan senangmu. 

Aku wanita pertama yg akan menggenggam tanganmu dan mengatakan "kamu pasti sukses". 
Aku wanita yg akan memegang pundakmu dan meyakinkanmu bahwa kamu bisa, bahwa kamu tidak pernah sendirian, aku akan selalu ada bahkan dititik tersulit dihidupmu. 
Aku akan terus memeluk mimpimu bahkan di tengah cemoohan orang - orang.

Aku wanita yang akan selalu bertahan bahkan saat karyawan terakhirmu meninggalkanmu. 
Aku wanita yang akan selalu menemanimu di saat lelahmu.
Aku percaya, kamu pasti bisa dengan doa yang selalu kita panjatkan bersama.

Karena cintaku ini, tulus bukan karena materi. 

Aku bukan wanita yang silau karna harta dan gelap karna jabatan. 

Tapi percayalah, aku mencintaimu karena hati ini telah memilihmu menjadi penjaga hati. 

Jaga hati ini baik - baik. 

Perjuangkan aku dengan segala daya upayamu, maka aku akan selalu setia disisimu.

Dariku,
Seseorang yang merindukanmu..


Bersambung.... (karena masih nyari inspirasi)





~ Tetaplah Tersenyum ~



Sunday, August 25, 2019

Kataku-2

"Jika kita menginginkan sesuatu dan kita mau selalu berusaha, kita pasti akan mendapatkannya".


πŸ‘Œ Tapi, saya pernah berusaha sekeras mungkin, tetap saja gagal, apakah usaha saya sia - sia? 
πŸ‘Œ Saya selalu berusaha dan berdoa tapi kenapa semua tidak berjalan seperti apa yg kita inginkan?


Jawabannya karena semua orang punya jatah gagalnya masing - masing. Habiskanlah jatah gagalmu hari ini untuk menikmati kesuksesan di masa depan. 

Semua ini hanya masalah waktu. 

Semua orang pasti pernah gagal, hanya saja semua tergantung dari bagaimana kamu menyikapi kegagalan tersebut. 
πŸ”ͺ Mau berdiam diri merenungi kegagalan itu? 
πŸ”ͺ Atau bangkit dan terus mengasah diri?

Ketika gagal kamu boleh saja berdiam diri sebentar dan menengok ke belakang. Lihatlah ke belakang dan ingatlah apa yang sudah kamu korbankan untuk sampai di titik ini! 

πŸ’£  Ingatlah sekeras apa usahamu untuk sampai di titik ini!
πŸ’£Ingatlah orang - orang yg memiliki harapan besar     terhadapmu!
πŸ’£ Ingatlah begitu banyak orang di luar sana yang menginginkan berada di posisimu saat ini! 

Kamu itu hebat, kamu itu kuat, kamu itu pantas untuk sukses! Sesuai dengan waktumu sendiri, sesuai dengan versimu sendiri.

πŸ“Œ Jangan takut dengan kegagalan,
πŸ“Œ Jangan fikirkan kata - kata negatif orang lain terhadapmu,

Jika kamu lelah dalam perjuangan ini, tak apa untuk beristirahat sejenak, tapi jangan pernah berhenti, jika kamu lelah berlari maka berjalanlah, jika kamu lelah berjalan maka merangkaklah. TAPI jangan pernah berhenti!! 😊


Bersambung...... ( karena masih mencari inspirasi )




~ Tetaplah Tersenyum ~

Thursday, August 22, 2019

Kataku-1

Pedoman dalam hidup πŸ‘£

1. Belajar untuk tidak menjudge orang lain.

Belajar untuk tidak mudah menjudge orang lain, apalagi hanya karna mendengar dari omongan orang lain. Semua orang punya jalan dan pilihan hidupnya masing - masing. Belajar bertoleransi terhadap pilihan hidup orang lain. Beda orang, berbeda pula pemikirannya. Tidak perlu menghakimi seseorang hanya karna pilihannya berbeda, karna kita tidak pernah tahu apa yg dia rasakan dan dia alami.


2. Jangan mudah mengkritisi kesalahan orang lain.

Tidak ada manusia yg sempurna. Semua pasti pernah melakukan kesalahan. Jangan hanya mengkritisi 1 kesalahan kecil lalu begitu saja mengabaikan banyaknya kebaikan yang dilakukan. Jika ingin memberikan kritik, katakanlah dengan sopan secara personal, tidak perlu mengatakannya di depan orang banyak.


3. Jangan takut mengatakan tidak.

Berikan batasan untuk diri kita sendiri karna yg tahu titik lemah kita hanya diri kita sendiri. Terkadang dunia memaksa kita untuk harus selalu ada tanpa mau tahu tekanan apa yg kita rasakan, cukup sadar kita bukan manusia super yg bisa mengerjakan semua hal. Setidaknya belajarlah menghormati diri sendiri.



Bersambung.... ( karena masih nyari inspirasiπŸ˜ƒ )


~Tetaplah Tersenyum~

Wednesday, August 15, 2018

CONTOH CERPEN BAHASA BALI

Haiiiiiii, jumpa lagiiii,
Kali ini aku mau ngasih kalian contoh cerpen bahasa bali, jadi (cerita dikit dulu yaπŸ˜‰πŸ˜‰) ini itu cerpen yang aku kumpulin untuk tugas mata pelajaran bahasa bali pas aku kelas 3 SMA, daripada kesimpen aja di laptop, jadi aku share deh buat kalian, mungkin ini bisa jadi referensi buat kalian yang mau bikin cerpen bahasa bali (baik kan akuu😍😍) , muji diri sendiri yaakk πŸ˜‚πŸ˜‚,
Yaaa langsung aja deh contohnya bisa dibaca dibawah ya gess, cekidot πŸ‘‡πŸ‘‡πŸ‘‡
Lika - Liku Tresna
Gedong punika ageng pisan, becik, kamarnyane akeh, asri pisan pekantenannyane. Gedong punika wantah sekolahan titiange. Ring sekolahane puniki titiang mapauruk tigang masa laminipun. Sajeroning mapauruk punika, wenten suka duka sane marginin titiang. Genah sukane, yening polih angka - angka sane becik buat paplajahannyane. Punapi malih  ri sampune polih prai ring sekolahan, nenten pisan wenten manah ningalin buku - bukune sane tebel punika. Mangkin indik genah dukane inggih punika antuk akeh paplajahane, sabilang rahina titiang ngarepin paurukan, nyapnyap ngamanahin paurukane. Kasuen - suen midep marasa ngaap gidate, minakadi kebut - kebut pelengane, kantos ring sapunapine marasa belah polo tiange. Sakewanten, titiang merasa akehan nerima sukane samian ring sekolahan. Samalihipun, wenten taler jalaran tios sane ngardinin titiang marasa kadi punika. Minab sang maraga kari truna truni, mula saking titahang widhi mangda polih taler ngecapang kamanisan uripe sajeroning kari yowana, sadurung wenten seken sane negul ring dija pagenahannyane.
Ngiring pirengan mangkin atur titiange, punapi sane ngawinang titiang akehan polih ngrasanin manis ipun samian ring patinipun sajeroning titiang masekolah punika. Wastan titiange Luh Tri Puspa. Titiang sisia kelas 1 SMA. Ring sekolahan titiange akeh titiang nyingakin sisia lanang - lanang. Napi malih titiang kari kelas sepuluh, akeh kakak kelas sane lanang ngenyudin manah. Sakewanten, during wenten manah titiange sane tiosan. Ngantos 3 bulan titiang masekolah SMA, wenten kakak kelas sane ngenyudin pesan ring manah titiange. Kakak kelas punika maekin titiang, saantukan ipun madue rasa pateh sekadi sane rasayang titiang. Wantah 2 bulan iraga matunangan, minakadi iraga sareng kalih nenten prasida kaatepin malih. Nenten makelo, titiang kacunduk malih sareng anak lanang saking sekolah sane matiosan. Rikala punika titiang nenten madue rasa tresna ring anak lanang punika. Kasuen - suen, antuk banget kenehnyane kapining ragan titiange, taler perhatian ipune sane prasida ngeluluhin hati tiange. Sadina - dina titiang merasa bagia pisan katresnain olih ipun. Akeh sane sampun karasayang sareng kalih, suka duka pejalan tresnane kalewatin sareng - sareng. Yadiastun dikenkene iraga setata miyegan, nanging punika sane ngawinan tresnane ngancan raket.
Tan karasa 8 bulan iraga metunangan, titiang merasa yening iraga nenten prasida kaatepan malih. Raris iraga ngereh pejalan soang - soang sane kadasarin antuk prinsip hidup iragane. Wusan punika, makelo titiang merasa nenten wenten manah indik nresnain anak lanang sane tiosan.
Galahe majalan, ten karasa titiang sampun kelas 2 SMA. Sadina - dina marginin titiang sareng timpal -timpal lan kaluarga titiange. Rikala punika, tiang ngerasayang arti kaluarga ring dewek titiang. Napi malih, titiang ampun mayusa pitulas tiban. Rasa liang manah titiange satata kasarengin olih  Meme lan Bapa sane setata ngicenin pangupajiwa lan ajah - ajahan sane madasar antuk sayang lan tresna, tur nenten ngarepin pangawales. Ritatkala titiang katiban baya, wantah kaluarga sane setata nyarengin titiang. Tresna sane kaicenin kapining dewek titiang karasa sekadi toya sane membah, nenten surud - surud.
Makelo titiang nyalanang sekadi puniki, dikenkene ritatkala titiang bengong padidian, wenten manah titiange jagi ngrereh panglipur hati. Kaanggen nayuhin keneh tiange sane sane suung sepi tur setata padidian. Ritatkala titiang ngenehang unduke punika, ipun rauh maekin dewek titiange. Kenyemane manis tur ngenyudin manah sang sane nyingakin. Ipun satata makenyem, sakewanten minab kenyeme punika nenten katuju kapining dewek titiang. Yadiastun kadi asapunika, tiang tetep merasa yening tuah kenyeme ento sane prasida nayuhin keneh tiange sane peteng dedet. Kenyeme punika prasida nyinarin keneh anak bajang sekadi titiang, anak bajang sane hidup di bucu mati, di tanggun gumine peteng dedet.
Nanging rasane punika wantah dikeneh, tan prasida antuk titiang ngutarayang isin keneh tiange ring anak lanang punika. Yadiastun, titiang sampun meled pisan jagi ngutarayang indike puniki, nanging titiang wantah matilesang dewek, inget ring sikiane nista. Pangten kadi I dongkang nelahang bayu ancog - ancog mongkod punyan biu, pamuput tetep mabulisahan ring bongkol. Napi malih iraga dados anak luh, apang kocap luh luwih, tidong luh luhu. Panumadiane dadi anak luh, apabuin bajang buka jani. Satindak laku sing dadi ulah laku, sakecap orta sing dadi ngawetuang biota. Liu anake sane maosang, kone anake luh sinalih tunggil sane ngawetuang byotane. Yen iraga ngungguhang buka punika, beh, ape kaden tuna ajin anak luh. Yen pada sliksik, yen pada ulatiang, anak luh punika kasujatiane cara embahan toya pancoran sane ning nirmala. Sida ngetisin lan nayuhin  sang kapanesan. De pesan anake luh prabotanga cara mrabotang jan, slelegang lantas penekin apang nyak iraga tegeh. Yen prade keto, anake ane menekin disubane teked di muncuk lakar mewali buin ngendepang, tuun ka tanahe, I jan nu dogen ia tegeh. Artine, nirdon pisan yen anake luh punika tuah anggon prabot dogen, sing ajiang amun patutne.
Galahe mejalan, tiang uning yening anak lanang punika mapesengan Gungde Wiantara. Lega manah tiange sampun uning ring pesengan anak lanang punika, dot pesan tiang maekin tur mawicara sareng kalih. Nanging kaliwat lek tiange kalintang. Ten prasida antuk tiang maekin, napi malih mapas liat anak lanang punika. Ritatkala tiang jagi ngeranjing ke kelas nrugtag bayu tiange, saantukan wenten anak lanang maekin titiang tur nyambatsara kapining titiang. Anak lanang punika wantah Gungde Wiantara, sane banget tresnain titiang.
"Rahajeng Semeng, Luh Tri", baos ipune alus, egar manah titiange saantukan ipun uning ring wasta titiange.
"Rahajeng Semeng, Gungde. Wenten napi nika?"
" Niki titiang makta suratne Gusti Wiryawan, ipun neneten ngeranjing kalih rahina saantukan sungkan."
"Oh, nggih suksma Gungde."
"Nggih Luh, ampun kenten tiang dumunan nggih," Risampune ipun ke kelas, titiang negak ring bangku tiange, sakewanten ipun rauh malih.
"Yeh, wenten napi malih Gungde? Ados mewali?"
"Niki luh, tiang jagi metaken, minab luh seneng ngwacen novel utawi sastra sane tiosan. Yening Luh kayun, tiang jagi ngajakin Luh sareng - sareng ke perpustakaan ring jam istirahat."
"Ohh, nggih Gungde, tiang kayun pisan saantukan tiang seneng pisan ngwacen novel. Napi malih novelnyane Raditya Dika."
"Nggih ampun kenten, sesampune jam istirahat, jantosan titiang Luh ring perpustakaan." Raris ipun mewali malih ke kelas.
Rikala punika kerasa liang pesan manah tiange, kerasa katiban bungane kembang sajeroning jenyana. Majeritan rasane nalaning tuas 'Duh Gungde, salingkeh ke perpustakaan, kije tiang kayun yening sampun nyarengin Gungde, punika wantah bukti tresna tiange kapining Gungde'. Risampune jam istirahat, irika iraga sareng kalih sareng matemu, raris maosan indik novel lan cerita - cerita sejarah sane tiosan. Ritatkala mabebaosan sareng kalih, tiang ten prasida mepapasan liat sareng ipun. Ten kerasa, bel masuk sampun memunyi, tiang raris mepamit sareng Gungde, saantukan jagi ke kelas. Sadurung ke kelas, ipun ngicenin titiang novel.
"Niki Luh, novel terjemahan sane baosan tiang wawu."
"Nggih suksma, Gungde".
+++
Risampune wusan muspa ring petenge puniki, titiang raris gelis ke kamar jagi ngaryanin PR sane ituni kaicenin ring sekolahan. Wusan ngaryanin PR, tiang inget indik novel sane kaicenin olih Gungde Wiantara. Novel punika kabuka, ohhh surat. Tulis tangane rapi, surate punika lantas wacenin titiang.
Om Swastyastu,
Luh Tri Puspa
Tiang banget ngidih ampura, sawireh cara kadropon
Kakepung baan melede tahu, melede ngutarayang isin kenehe
Mawastu sing nawang kimud, sing nawang lek,
Jag mamongah nulis surate ene,

Luh Tri,
Yadiastun mare uli tuni tiang nawang Luh,
Mara uli tuni tiang maan galah maortan - ortan ajak Luh,
Kewala rasaang tiang patemone ene suba uli nguni pesan,
Sawireh tiang merasa macunduk
Ajak anak bajang sane suba pepes ipiang tiang di pasirepan,
Mapuara sing soleh, adung rasaang tiang patemone,

Yen ulatiang tiang uli semita,
Uli raos miwah parilaksana sane pedasang tiang,
Luh tonden ngelah tunangan,
Dumadak penarkan tiange beneh,
Yen pelih, anggap surate nyarik teked dini…..

Surate ento kapuputang olih Gungde Wiantara dihalamane ento. Ten kerasa tiang nyerit pedidian 'Durung.. tiang during madue tunangan Gungde, ados puputang surate, tiang durung med ngwacen surat Gungdene' . tiang ngebitang malih halaman bukune, masriak keneh tiange sawireh surate tonden nyarik.

Penarkan tiange beneh, Luh tonden ngelah tunangan,
Dadine surate buung nyarik neked dini,
Luh, sebet Luh yen katresnain baan anak truna buka tiang,
Truna  ane sing nawang tutuk bongkol,
Sebet Luh? Yen prade pongah tiang ngutarayang tresna tiange ene

Luh, tiang sing bani ngeraos liu,
Sawireh tiang tonden nawang isi keneh Luh e,
Lakar antosan tiang panyawis Luh e,
Nggih amunika dumun,
Dumadak Widhine prasida ngebahang kayun Luh e,
Om Santih, Santih, Santih Om
Madekesan tiang disubane mamaca surate ento, tiang bangun uli pesarean, negak dikursine, nyemak pulpen, nulis surat, ngetogang isin kenehe, ngwales tresna Gungde Wiantarane. Ring surate puniki, tiang ngetogan isi keneh e,, sayaga manjakin Gungde Wiantara : 'Gungde, mangkin ulunati tiange sampun susuban, kasusubin antuk panah asmara sane tiwakang Gungde. Panahe sane nuwek nyusubin ulunati tiange ten jagi abut tiang, duaning nenten ngawetuang ngangah, mabalik tis nirmala rasaang tiang. Kemaon tiang jadma tambet, janten katah jagi nunas ajah - ajahan ring Gungde'

Siap kurungane makruyuk saling sahutin. Tan karasa, galahe sampun wengi pisan, tiang mawali ke pesarean nanging tiang durung presida ngideman penyingakan. Sigsigan tiang ngeling, sawireh tumben tiang ngarasayang bagia, tumben tiang ngelabuhang satulus tresnane turmaning masamaya lakar ngetohin nirmala tresnane kapin sang taruna, Gungde Wiantara.

+++

Banyu Pinaruh, sawetara pukul kutus semengane ento, tiang sampun mejanji sareng Gungde Wiantara jagi matirta yatra ka Tampaksiring, ka Tirta Gangga, ka Danau Batur, pamuput ka Besakih. Disubane masiram di Tirta Gangga, nglanturang ka Tampaksiring, ka Toya panes di Toya Bungkah tepining Danu Batur lantas nyujur ke Besakih. Di natar Penataran Agung Besakih, Gungde Wiantara masila, tiang matimpuh ring sisi kiwane, nyiagayang sarane pamuspan taler ngenyitin dupa.

"Gungde, muspa ten dados ngangge kasna, ampunang biasange kenten," Gungde Wiantara ngelus kacamatane tur kagenahang ring kantong safarine.

" Muspa ten dados ngangge sandal, Gungde,"

"Ampun lus tiange, Luh'

"Punika kasnane ados lus? Ados genahang ring kantong kuacane?"

"Kone muspa ten dados ngangge kacamata?"

"Nggih, muspa ten dados ngangge kasna, ten dados ngangge sandal. Yen muspa, sekar, kuangi, dupa, kenten patut anggen. Yen sandal sane pinaka pajekjekan cokor angge muspa, unggahang ka duur prabune, aturang ring ajeng Ida Bhatara, dong ngeletehin men"

"Beh, bakatanga dogen nyanden," tiang makenyem, laut nyigit pahan Gungde Wiantarane.

"Aduhhh…." Tiang nyangetan nyigit tangan Gungde Wiantarane agemesan.

"Nyigit cara gintengan semut, demen atine maan nyigit, amun demen, neh buin, neh buin…". Gungde Wiantara nyerahang tangan kiwane. Tiang becat nyangkwak, kaden lakar nyigit, kewale kagisiang katekekang. Tiang ane akletegan engsap lantas ngelesang gegisiane ring tangan Gungde Wiantara. Taler ngalanturang jagi muspa. Risampune wusan muspa, iraga mapamit ngajabaang, madandan tangan padaduanan nyiatin dingine ane sayaan nyigit, nedunang nut undage sane majajar asri. Petenge suba nyalukin jagate, iraga laut mawali budal.

Aminggu tiang nyarengin Gungde Wiantara, sadina - dina tresnane ngancan raket kapining Gungde. Nanging hujane petenge jani, sekadi saksi indik sebetne keneh tiange. Ane jejehan tiang saja mebukti, rikala tiang nerima telfon saking Gungde Wiantara,ten wenten hujan angin ipun las megatin paiketan tresnane. Ngetel yeh panyingakan tiange ten presida tiang naenan. Sakit nusuk ke ulu hati, kerasa ngaap tangkahe. Wantah suaran gemericik hujane sane nyarengin tiang petenge jani. Sayup - sayup tiang mirengan tembang saking Ayu Wiryastuti sane mamurda Gelas di Lemari. Ten kerase dot tiang sareng matembang, anggen ngilangan sakit keneh tiange sane dekdek pasuranting, kerasa tanpaguna hidup tiange lara sekadi puniki.

Suryane ngendih asibak, ditu duur langite
Mekade samar - samar, cingak tiang ragan beline
Sekadi mejalan sandikalane,
Saru muan beline, to mekade keneh tiange ragu…

Yen tolih uli kenyeman beli ane sing tulus,
Raseyang beli suba ade ane ngelahang
Kewale sing taen beli nyambatang
Tiang merase - rase , beli nganggon tiang pecadang kuang..

To nguda beli dadi hati
Naduang tresna kapin tiang
Tumuli dewek tiang, sekadi gelas di lemari
Yen kuangan ditu, mare ia kesisi…

+++

Ten kerase galah sampun semengan, ten karuan keneh tiange semenge ene rikala jagi nginjakin batis ke sekolah. Rikala tiang mejalan jagi macelep ke kelas, liman tiange kagisiang olih Gungde Wiantara.

"Luh Tri, mangkin dumun, tiang jagi wenten sane kabaosang ajebos," tiang siep ten masaut utawi matolihan.

"Luh Tri, titiang nunas ampura ping banget minab parilaksana tiange puniki sampun nyakitin keneh Luh e,"

Tiang laut matolihan tur nyawis, "Napi sane wawu nikang Gungde?, Ados jek aluh kenten Gungde ngeraos?, kerase wawu dibi Gungde ngorahang tresna kin dewek tiange, mangkin las Gungde megatin tiang, minab tanpa aji pesan rase tresna tiange kapining Gungde, saja buka anake ngorahang 'layah tanpa tulang', aluh ben ngilukang. Raose melenang pisan teken parilaksana, uningkeh Gungde indik sakit keneh tiange?,"

"Ampura Luh, Ampura pisan" Gungde Wiantara nguntul.

"Ampunang malih nunas ampura, titiang ampun ngampurayang unduke punika, nanging tiang durung mresidayang ngengsapang sakit keneh tiange ulian ene. Anggap tiange niki pinaka pengalaman mangdane riwekasan tiang urati tur plapan nindakang batis, mangdane nenten katanjung. Saantukan anake katanjung nenten je ring bukite, ten je ring batune ageng, kemaon ring batune cenik. Yen sampun ketanjung, tan presida antuk naenan sakitne. Minab niki wantah karma tiange. Tiang dumunan Gungde"
Tiang laut macelep ke kelas tur gisian limane kakelesang.
Wenten ampun abulan sasukate punika, , titiang matunangan malih sareng anak lanang sane mapesengan Gus Nanta. Rikala tiang ring kantin sareng ipun, rauh Gungde Wiantara raris ipun malinggih paek sareng genah tiange melinggih sareng Gus Nanta. Makelo tiang mebaos sareng Gus Nanta, ipun mepamit dumunan jagi ke kelas. Rikala tiang preragan puniki, Gungde Wiantara maekin tiang tur mebaos.

"Luh nyen to?, jakti nggih sane pirengan tiang yening Luh mangkin sampun ngelah tunangan malih?," tiang nengil.

"Luh, tiang nenten je makeneh sane usak tekening Luh, yening dados tiang nikain Luh, sampunang pisan Luh metunangan yening punika nenten kedasarin tresna, sampunan nguluk - nguluk keneh pedidi"

"Ampura nggih Gungde, tiang wantah jadma tambet tur nista, tiang nenten sekadi Gungde. Mangkin alus raos Gungdene, minab Gungde sampun lali indik sane sampun liwat. Suksma Gungde antuk tuturnyane, nanging ampura pisan, tiang ampun ten perduli." Titiang laut mejalan ke kelas, ninggalin Gungde Wiantara preragan ring kantin.

+++

Bel sekolah sampun memunyi, pinaka cihna para sisiane sampun dados budal, risampune melajah ring semenga. Ritatkala tiang jagi mejalan mulih, Gus Nanta sampun wenten ring parkiran.

"Yeh Gus, sampun driki,"

"Nggih Luh, wenten sane jagi baosang tiang sareng Luh,"

"Wenten napi Gus?, ados penting sajan asane?,''

"Luh, uningkeh Luh yening tresna tiange wantah kapining Luh?,  yen dadi tiang nunas, minab tiang ten kayun malih mesanding sareng anak luh sane elenan. Nanging, napike artine yening iraga nresnain anak sane sampun nresnain anak lenan,"

"Napi baosang Gus niki, tiang wantah tresna kapining Gus,"

"Hahhh, suksma Luh Tri, nanging sampunan pisan Luh mogbogin keneh Luh e yening Luh ten tresna kapining tiang. Ituni tiang mirengan Luh mebaos sareng Gungde Wiantara, ampura,"

Tiang laut nangis sigsigan, "Ampura Gus, nanging wantah Gus, anak lanang sane presida ngaenang tiang bagia, tiang ten prasida mapalasang sareng Gus,"

"Nggih yening keto raos Luh e, ne tiang madue jinah logam, jinah niki jagi entungan tiang menek, tur takep tiang ngangge tangan, yening Luh beneh nerka ring dija genah jinah logam puniki sinah iraga tetep matunangan, yening pelih, sinah pejalan tresnane wusan sampun,"
Jinah punika raris kaentungan olih Gus Nanta, lan tiang pelih nerka jinah logam punika. Tanpa pamit tiang ninggalin Gus Nanta praragan.
+++
Galahe majalan, ten kerasa tiang sampun lulus saking SMA, kerase sebet manah tiange saantukan pisah sareng timpal - timpal sane sampun raket pisan masawitra taler sane paling sebetin tiang, jagi pisah sareng Gungde Wiantara, saantukan iraga jagi masekolah ring kota sane matiosan, jagi ngrereh ilmu sane kaangge bekel ritatkala nyiatin pakeweh hidupe. Pangaptin tiange wantah dumogi je timpal - timpal tiange makejang prasida dados jadma sane maguna, dumogi iraga sareng sami prasida ngamolihang kasuksesan nganutin karma iraga soang - soang, lan dumogi iraga prasida kacunduk malih risampune iraga sampun molihang kasuksesan.

Tiban - tibanan mejalan, tiang nyalanang hidup dados mahasiswa ring UNDIKSHA Singaraja Fakultas Sastra Indonesia. Sadina - dina tiang magelut sareng laptop, saantukan akehnyane tugas, nanging tiang setata liang nyalanang sekadi puniki, sawireh Bahasa Indonesia wantah pelajaran sane senengin tiang.

Ten karase dina meganti bulan, bulan meganti tahun,. Tiang sampun lulus kuliah tur sampun mekarya dados Guru Pengajian. Liang manah tiange sampun polih pekaryan sane nganutin cita - cita tiange rikala kari alit.

+++

Semenge ento, rikala tiang jagi mejalan megae, timpal tiange ring SMA rauh makte undangan saantukan ipun jagi metatah. Kerasa liang manah tiange saantukan jagi matemu malih sareng timpal - timpal SMA.

Petenge enti, tiang lunga merika tur irika tiang kacunduk sareng timpal - timpal SMA sane akehan sampun sukses tur wenten sane sampun marabian. Rikala punika, nrugtag tangkah tiange mapapasan liat sareng anak lanang sane makacamata, mabusana adat madia,. Bajune safari gadang lumut, udengne endek coklat, kambene endek coklat wayah mapatra gadang, adung teken kampuhe gadang dongker malakar bludru. Anak lanang punika nenten tios wantah Gungde Wiantara. Nanging, sane ngaenan tiang sebet ring keneh saantukan wenten anak istri sane nyarengin ipun, tur sane pireng tiang, nika wantah calon rabi ipune sane mapesengan Gung Laksmi.
 
Karasa susuban keneh tiange ngaap ten prasida tiang naenan. Minab niki wantah ketambetan tiang kalintang, saantukan ngantosan anak lanang sane nenten tresna kapining tiang, tur 4 tiban sampun lintang nanging tresna tiange wantah asiki kapining Gungde Wiantara. Minab mule saje, yening iraga jagi ngengsapin rasa sane pidan sinah iraga patut ngereh pengganti utawi nresnain anak sane tiosan.

Risampune tamiune kaaturan boga, tur mabaosan sareng timpal - timpal tiang nglungsur mepamit. Ritatkala tiang jagi keparkiran jagi nyemak motor. Gungde Wiantara maekin tiang tur ngicenin tiang undangan.

"Luh, niki wenten surat undangan, minab yening Luh kayun rauh ring acara pawiwahan tiange, tiang ngarepin pisan pengrauh Luh e,"

"Nggih Gungde suksma," wantah asapunika sane prasida raosang tiang, kerasa kecaket bibih tiange. "Gungde, yening dados tiang metaken, ten wentenkeh rasa tresna Gungde kapining titiang?,"

"Yeh Luh, napi sane kabaosang Luh e?,"

"Gungde, napike artine dewek tiange, ten wentenkeh sisa tresna Gungdene kapining dewek tiange?,"
Gungde Wiantara lantas ngisiang lima tiange tekek.

"Gungde, sampunang kalahina tiang,"

Gisian limane laut kakelesang, "Ampura Luh, tiang ten mresidayang, ampura pisan,"

    Mangkin kerase sebet keneh tiange sadina - dina naenang lara, peteng lemah kaliwatin antuk keneh sedih, dikenkene tiang bengong pedidi, dikenkene tiang ngeling pedidi. Maselselan tiang indik nasibe dados anak luh maneresti ka mercapada, setata sakit sane rasayang tiang. Pait pesa rasayang tiang pejalan tresnane, ten taen tiang nemu bagia rikala matresna, minab niki wantah karma tiange dados anak luh.

+++

     Rikala Sang Hyang Surya sedeng jegjeg ring duur prabhune, tiang bengong pedidi ring pasihe. Ring joh tolih tiange wenten anak istri. Ohh nika Gung Laksmi, calon rabine Gungde Wiantara, minab ipun sampun mejanji jagi matemu sareng kalih.

"Yeh, Luh Tri Puspa, ados driki meneng?,"

"Nggih Gung Laksmi, tiang dot masliahan manten."

"Wenten napi Luh Tri, ados rasane sedih pisan?,"

"Gung Laksmi, tiang sedih saantukan anak lanang sane tresnain tiang jagi marabian sareng anak Luh elenan,"

"Mimih, ados bise kenten?, Yening dados tiang uning, sirekeh anak lanang punika?''

"Anak lanang punika wantah Gungde Wiantara"

"Napi sane baosang Luh wawu?, ados jek lancing kenten Luh ngeraos?,"

"Ampurayang tiang Gung Laksmi, saantukan tiang tresna pisan ring Gungde Wiantara,"

"Engken maksud Luh e ngorang kenten?, Gungde Wiantara punika tunangan tiange, Yening Luh ten kayun ngengsapan ipun lemat niki sane jagi ngenenin tangan Luh e," ipun mesuang lemat saking tasnyane.

"Ten kenapi Gung Laksmi, tiang las nerima , nanging sampuang tiang pakse e ngengsapang Gungde Wiantara, Tiang ten sanggup," lemat punika lantas kagoresang ring tangan tiange, kerasa ngaap pisan.

"Ampurayang tiang Gung Laksmi, ampura saantukan tiang tresna kapining Gungde Wiantara," saget rauh Gungde Wiantara.

"Yeh, nak wenten napi niki Gung Laksmi, Luh,"

"Gungde, tiang jagi metaken, napike Gungde tresna kapining tiang?,"
"Napi baosang Gung Laksmi e niki, tiang tresna kapining Gung,"

"Jakti ke punika?, jakti Gungde tresna kapining tiang?, napike Gungde tulus tresna kapining titiang?, tur ten wenten anak luh elenan malih ring hati Gungdene?,"

"Ten wenten Gung, tresna tiange wantah kapining Gung"

"Jakti keh punika?, napike rase tresna Gungdene tulus pisan kapining tiang nglebihin tresna Gungdene kapining Luh Tri Puspa?," Gungde Wiantara siep.

"Oh nggih, tiang ampun uning arti siep punika, nggih banggiang ampun, tiang ten nyak dados pewates tresna Gungde sareng Luh e,"

"Gung Laksmi sampunan ngeraos kenten, iraga jagi ngemargiang pawiwahan malih 2 minggu, engsapan sane sampun liwat, keputusan tiang e, tiang lakar tetep mesanding sareng Gung Laksmi,"

"Ampura Gungde, tiang ten mresidayang marabian sareng anak sane nenten tresna kapining tiang, tiang nenten ngarepin kaputusan Gungdene, sane arepin tiang wantah Gungde tulus nresnain tiang tur ten wenten malih anak luh sane elenan. Tiang mepamit Gungde." Gung Laksmi raris melaib sambilanga ngeling sigsigan.

Gungde Wiantara matolihan kin tiang, "Luh ados nangis?, yeh tangan Luh e metatu, mriki ubadin tiang,"

"Ampunan Gungde, tiang ten kenapi,"

"Luh, ampurayang tiang, sujatinne tiang tresna pesan kapining Luh, uli sesukatae iraga katemu, tiang kenal sareng Luh, iraga laut metunangan, ngantos iraga suud metunangan, tiang kari tresna kapining Luh,"

"Yen kenten, ados Gungde nyuudin tiang?,"

Gungde Wiantara makenyem, "Luh, tiang nyuudin Luh saantukan tiang uning, wenten timpal tiange sane sanget tresna kapining Luh rikala punika, tiang ten nyak nyakitin keneh timpal tiange, sakewanten yadiastun tiang nyuudin Luh, kewale tresna tiange wantah kapining Luh, tiang percaya, yening iraga jodoh, pastika iraga mrasidayang nglewatin sekancan pakewehe, amongken je ane lakar ngalangin nanging ulian tulus tresnane, pastika iraga lakar matemu. Mangkin tiang jagi metaken, kayun keh Luh, yen Luh angge tiang rabi, marengin tiang nyiatin pakeweh hidupe, tur ngayahin tiang ring Puri?,"

"Nggih, tiang kayun Gungde,"

"Nah, lamun keto jani lan bareng mulih, tiang jagi ngidih Luh ring Meme lan Bapa."

Iraga majalan magandengan padaduanan, nuju hidup bahagia dados alaki rabi. Wantah asapunika lika - liku pejalan tresna tiange, dumogi tresna tiange, Luh Tri Puspa prasida langgeng kawekasan sareng rain tiange Gungde Wiantara.

=PUPUT=



Nah , itu tuh contohnya, kepanjangan gk sih??😯😯
Yaudahlah, ini cumak bahan referensi aja buat kalian, semoga kalian suka ya ges,
Oh iya untuk tokoh cerita dan sebagainya itu cumak imajinasi aku aja yaa (aku kan anaknya suka berimajinasi gituπŸ˜‚πŸ˜‚, jadi maaf kalau agk lebay dan gk nyambung😁😁) 
Kayak yg aku bilang ini cumak referensi aja buat kalian, semoga kalian suka ya gess, TERAKHIR JANGAN LUPA KASIH KOMENTAT KALIAN YAAA GESS, MAAACII YG SUDAH BERKUNJUNG, DADAAAAAπŸ™πŸ™πŸ™ŒπŸ™ŒπŸ˜‰πŸ˜‰πŸ˜πŸ˜˜πŸ˜˜


Ketika menjadi dewasa -2

 Rabu, 15 Desember 2021, 13:50 wita Hai aku, Bentar lagi tahun 2021 berakhir dan bulan depan itu bulan lahir kamu, Selamat yaa bulan depan u...